Setidaknya, soal
beginian belakangan ini menjadi topik hangat pembicaraan di antara teknisi
ponsel yang tergabung dalam organisasi teknisi terbesar di Jabar, Ikatan
Teknisi Bandung Ponsel /ITB Ponsel.
Ada yang khusus cari
papan sirkuit (biasa disebut PCB), ada yang khusus mencari jeroan ponsel
jadul teknologi AMPS dulu, bahkan ada pula yang membawa lengkap seluruh ponsel
rusak tanpa melihat mereknya.
Katanya sih
dicari emas di dalam PCB. Secara sistem, tukang servis biasanya menyerahkan
aneka limbah ponsel tadi kepada pengumpul. Dari pengumpul, limbah ponsel
diserahkan ke grosir/pengumpul besar. Nah, ada dua tipikal grosir yakni
yang hanya menampung untuk kemudian dijual, ada pula yang menampung dan
selanjutnya mengolah.
Berdasarkan
penelusuran Hape Bandung, limbah ponsel yang tergolong paling banyak
dicari adalah papan sirkuit/PCB. Bagi yang belum hafal, bentuknya papan warna
hijau dengan banyak komponen di atasnya.
“Kalau barangnya dari
ponsel generasi sekarang, saya biasa beli Rp50.000 per kg. Tapi kalau limbahnya
dari ponsel lama seperti AMPS, itu bisa sampai Rp100.000 per kg karena lebih
berkualitas,” katanya.
Menurut dia, setelah
barang tertampung, biasanya diserahkan kepada grosir. Iik bilang grosir yang
besar dan berani beli dengan harga oke di Bandung ada di dua lokasi. Dia
jual kembali dengan harga rata-rata Rp1.750.
Grosir pengolah ada
pula di Bandung.
Saya juga tidak tahu
namanya. Setelah melalui proses ini, akan tersaring logam-logam yang terkandung
dari sebuah PCB,” katanya.
Pria yang membuka
usahanya di Jl Cimindi No.195, Kota Cimahi ini bilang, kadar emas dari saringan
limbah ponsel ini tidak main-main. Sebab, karatnya bisa 99% jika berasal dari
PCB ponsel jadul macam Motorola tadi.
”Kalau ponsel
generasi sekarang hasilnya sekitar 90%. Pemilik FRE Cell ini bilang, investasi
mesin yang rumit juga dibutuhkan pebisnis emas ponsel ini. Jika sebelumnya bisa
dibeli di kisaran Rp50.000, sekarang banyak yang hanya akan melepasnya jika
dijual di harga Rp150.000!
Lagipula, stok di
tukang reparasi juga kan tidak banyak.
Dalam video itu Nokia menampilkan proses yang serupa dengan
proses daur ulang yang biasa mereka lakukan saat akan membuat ponsel dari bahan
daur ulang.
Proses
daur ulang yang dipamerkan Nokia itu mengungkap unsur-unsur penting yang
digunakan untuk membuat sebuah ponsel dan perangkat elektronik lain. Sebagian
bahan yang digunakan untuk membuat komponen perangkat elektronik itu ternyata
berasal dari unsur emas dan perak yang jumlahnya terbatas di dunia.
Terkumpul
lebih dari 800 gram plastik, 600 gram besi, 400 gram tembaga serta 250 gram
aluminium dan lithium.
Selain
itu lebih dari 0,05 ons emas juga ditemukan dari ponsel bekas yang dibongkar
itu. Sejumlah bahan dasar tersebut dimanfaatkan untuk melahirkan ponsel baru
yang mengkilap.